Kamis, 30 September 2010

JAHILLIYAH BUKAN BERARTI "BODOH"

Istilah jahiliyah tidaklah tepat diartikan bodoh, karena sesungguhnya orang arab pada waktu itu telah mengalami kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang, diantaranya mereka telah mampu melakukan bedah caesar, menghitung dengan metode al-jabar (cikal bakal matematika).
Mereka disebut jahiliyyah karena mereka memiliki fanatik kesukuan yang berlebihan, sehingga terkadang menghilangkan kejernian otak mereka. Para orientalis sering menyebut-nyebut nenek moyang arab sebagai suku jahliyyah yang mereka artikan sebagai suku yang bodoh hanya supaya umat Islam yang nota bene syari’atnya berasal dari arab tidak mempunyai pengaruh di dunia.
Jadilah umat Islam yang mempunyai pendirian dalam memegang teguh ajarannya (berprinsip), seperti air laut yang akan tetap asin meskipun air sungai dan air hujan selalu tercurah ke dalamnya. Jadilah orang yang berpengaruh, jangan yang terpengaruh !
Rasulullah Saw. tidak bisa baca tulis ? Memang benar. Namun bukan karena saking bodohnya Beliau, bahkan karena Beliau tidak membutuhkan huruf. Sebab ilmu orang yang masih membutuhkan huruf adalah terbatas, karena masih banyak hal-hal di dunia ini yang tidak terjangkau dengan huruf.
Contohnya seperti ketika pakaian kita sobek maka kita akan berpikir bahwa yang baik adalah di jahit, sedangkan jika bolong maka yang baik adalah ditambal, padahal pakaian kita tidak pernah berkata (dengan huruf-huruf tentunya) bahwa jia ia sobek maka tambalah, dan jika ia bolong maka tambalah. Hal ini membuktikan huruf tidak punya peran dalam hal ini.
Adapun Nabi Saw. adalah seseorang yang langsung mendapatkan kalimatullah, sehingga berpengathuan sangat luas. Kita jangan mengecilkan ilmu yang diberikan Allah Swt pada kita karena satu ayat yang berbunyi; wama utitum minal ilmi illa qolila’, tidaklah aku memberikan ilmu (pengetahuan) kepada kalian kecuali hanya sedikit saja.
Sebab ‘sedikit’ (qolil) itu dari sudut pandang ilmu Allah, adapun bagi makhluk-Nya; manusia, jin dan yang lainnya, ilmu yang sedikit yang telah Allah berikan itu tidak terbatas. Analoginya sederhana saja, laut jika di teliti, akan melahirkan ilmu kelautan hingga ratusan doktor-doktor ilmu kelautan. Ilmu tentang kelautan tersebut tidak akan pernah habis, terus menerus. Itu contoh kecil saja. Anda bisa mengembangkan pada yang lainnya.
Di dalam surat al-Kahfi : 109 dijelaskan bahwa seandainya lautan dijadikan tinta, niscaya air laut tersebut akan habis untuk menulis kalimat-kalimat (ilmu-ilmu) Allah sebelum kalimat-kalimat Allah tersebut habis. Maksud lautan di sini bukan hanya satu lautan , tetapi tujuh lautan.
Mengapa para sahabat tidak melakukan aktifitas membaca maulid Nabi Saw. seperti zaman sekarang ? Karena hakikatnya mereka selalu melakukan maulidan, sebab mereka selalu melihat Rasulullah saw., menghadiri shalatnya, menyaksikan secara langsung kepribadiannya yang sangat luhur, dll. Sedangkan semua ini adalah tujuan kita membaca maulid, yakni supaya kita dapat menghadirkan kepribadian Nabi saw. dalam alam pikiran kita.  (Min maqolat Maulana Al Habib Luthfi bin Yahya). (Tsi)

0 Komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Asal Jaga Kesopanan Religi

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda