Minggu, 31 Juli 2011

PUASA BAGI ORANG AWAM

Oleh: KH. Dr. A. Mustofa Bisri

AWAM, bisa berarti umum atau kebanyakan atau tidak begitu menguasai. Jadi
orang awam bisa berarti orang biasa yang tidak khusus (khawas) atau orang
yang tidak (begitu) menguasai suatu bidang/masalah.

Dalam pengertian yang kedua, semua orang bisa saja awam. Orang yang
mempunyai keahlian khusus dalam bidang teknologi misalnya, bisa awam di
bidang agama. Sebaliknya, orang yang ahli agama, bisa jadi orang awam di
bidang bisnis. Demikian seterusnya.

Nah, berkaitan dengan ibadah puasa, orang awam dalam pengertian pertama,
tentulah orang (Islam) yang hanya mengetahui bahwa puasa itu kewajiban atau
salah satu rukun Islam dan harus dikerjakan. Menurut mereka, mengerjakan
puasa harus dengan niat di malam hari dan tidak makan, minum, bersetubuh
pada siang hari. Lalu siapa orang khusus dalam hal ini?

Ahli fikih mungkin bisa dianggap sebagai orang khusus, karena mengetahui
lebih dari orang kebanyakan. Misalnya, mereka tahu persis syarat rukun
puasa. Mereka juga tahu kewajiban dan kesunahan serta apa saja yang
membatalkan puasa. Begitu juga dengan segala rincian hukum puasa.

Meski demikian, ada yang lebih khusus lagi. Yakni, mereka yang menganggap
puasa itu tidak sekadar mengetahui syarat dan rukunnya. Apalagi sekadar
tidak makan, minum, dan bersetubuh pada siang hari.

Lebih dari itu, bagi mereka, puasa adalah meninggalkan segala sesuatu yang
tidak diridai Allah. Dia tidak berbohong, tidak menggunjing orang lain,
tidak sombong, tidak pamer, tidak melukai hati orang, tidak bicara buruk,
dan sebagainya.

Namun bagi kalangan sufi, mereka semua itu termasuk orang awam. Ahli sufi
yang sudah sampai makrifat Allah, sedetik saja tidak ingat Allah, batallah
puasanya. Kalau kita mengambil standar mereka yang sudah makrifat, tentu
kita semua adalah orang awam.

Masuk Neraka

Waba'du; Allah SWT tidak hanya Tuhan mereka yang sudah makrifat. Tidak hanya
Tuhan para ahli fikih, dan tidak hanya Tuhannya hamba-hamba yang khusus.
Allah adalah Tuhannya seluruh makhluk, termasuk orang-orang awam.

Orang-orang (muslimin) awam dambaannya tidak lebih dari pahala dan paling
puncak adalah surga. Orang awam memandang, Allah mungkin itu sekadar majikan
dan mereka buruh.

Asal perintah majikan sudah dijalankan, sesuatu pemahaman dan sebatas
kemampuannya, mereka boleh berharap mendapat pahala dan kelak masuk surga.
Titik. Allah Asysyakuur pun menurut keyakinan saya - wallahu a'lam- pasti
menghargai dan tidak akan mengecewakan harapan mereka itu.

Bagi orang-orang khusus yang sudah mencapai tataran makrifat, surga memang
bukan iming-iming yang menggiurkan. Bahkan sufi perempuan dari Bashrah,
Rabi'ah Adawiyah, dengan lantang munajat kepada Tuhannya, "Ya Allah, apabila
aku beribadah kepada-Mu karena menginginkan surga-Mu, haramkanlah aku masuk
ke surga-Mu. Namun apabila aku menyembah-Mu karena takut neraka-Mu, ceburkan
saja aku ke neraka-Mu. Aku hanya menginginkan-Mu."

Lebih dahsyat lagi, perempuan suci itu memohon kepada Allah, "Ya Allah ya
Tuhanku, masukkanlah aku ke dalam neraka dan jadikanlah tubuhku sedemikian
besarnya sehingga memenuhi ruang neraka, agar tempat itu tak muat lagi untuk
dimasuki hamba-Mu yang lain."

Itulah orang-orang khusus. Bagi kita yang awam, hal paling penting adalah
bagaimana bersungguh-sungguh menjalankan perintah Allah.

Dalam hal puasa, kita betul-betul berusaha seikhlas mungkin menjalankannya
sesuai dengan pemahaman dan kekuatan kita. Artinya, kita usahakan
menjalankannya hanya semata-mata karena Allah. Sejauh mungkin menghindarkan
diri dari hal-hal yang dapat merusak kesucian Ramadan dan puasa kita.

Apabila yang halal-halal saja, seperti makan dan minum, kita hindari,
lebih-lebih yang haram-haram seperti berdusta atau ngrasani orang.

Mudah-mudahan Allah menerima puasa dan amal-amal ibadah kita yang lain.
Amin.[]

KH. Dr. A. Mustofa Bisri, Pengajar di Pondok Pesantren Taman Pelajar
Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah.

-- 
"...menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama..."

0 Komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Asal Jaga Kesopanan Religi

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda